
Perum Perhutani Dorong Sistem Pengelolaan Hutan dengan Cara Agroforestry
Purworejo, (purworejo.sorot.co)--Agroforestry merupakan sistem pengelolaan lahan dengan mengkombinasikan tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian. Dengan agroforestry, pengembangan dan bisnis pengelolaan hutan tidak hanya berasal dari kayu saja.
Hal ini diutarakan oleh Ayurani Prasetyo, Kepala Seksi Produksi dan Ekowisata KPH Kedu Selatan, Sabtu (04/02/2023).
Ia mengatakan banyak sekali potensi yang ada di hutan, akan tetapi belum bisa dikelola secara maksimal. Oleh karena itu harus banyak masyarakat yang terlibat dalam program ini. Jika hal ini bisa dimanfaatkan maksimal kesejahteraan bisa meningkat.
Di desa-desa Kecamatan Pituruh, Bruno itu banyak lahan Perhutani yang mengkolaborasikan tanaman pinus dengan kopi, kapulaga, dan tanaman untuk pakan ternak, sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan getah sadapan akan tetapi juga mendapatkan sampingan,” ujar Ayurani.
Menurut dia, agroforestry bisa dikembangkan dengan musim panen. Dalam jangka pendek, hutan ditanami jenis buah-buahan lokal, berbagai jenis kopi, dan tanaman penghasil lainnya. 
Sedangkan dalam jangka menengah ditanami karet dan tanaman porang. Sementara itu dalam jangka panjang tetap mengandalkan berbagai jenis tanaman kayu.
Sedangkan implementasi dari cara tersebut diterapkan sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dan penerapan sistem Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
Hal ini dilaksanakan agar strategi menjadikan hutan sebagai sistem penyangga kehidupan dapat diwujudkan. Ia menjelaskan, selama ini wilayah luasan hutan tak pernah bertambah tetapi bebannya terus bertambah. Maka dibutuhkan berbagai inovasi itu agar tidak hanya mengandalkan tanah saja.
Untuk itu dibutuhkan rekayasa bisnis dan teknologi terhadap pengelolaan hutan agar tetap berdaya menghadapi dinamika perubahan lingkungan makro, internal, eksternal, serta perannya dalam menyelamatan lingkungan,” tutur Ayurani.
Disamping itu, menurutnya, agroforestri juga dapat mendorong kegiatan ekonomi di masyarakat. Dengan demikian dapat menambah penghasilan dengan cara menanam yang tumbuh dibawah tegakan.
Seringkali kita kenal adalah tumpangsari, bagaimana petani mengintegrasikan pepohonan di dalam pengelolaan lahannya, seperti pohon kopi, kapulaga, dan jahe. Akan tetapi jika ingin menanam yang di atas tegakan maka harus adanya pendampingan dan pengalokasian lahan sehingga tidak mengganggu tanaman inti,” paparnya.
Ayurani menambahkan, agroforestri juga dapat dikemas dalam skala bentang lahan bisa membantu meningkatkan pengelolaan keanekaragaman hayati, mengurangi erosi serta meningkatkan kesuburan tanah. Tentunya hal ini akan menghasilkan jasa ekosistem, baik skala lokal, regional, maupun global.
Jadi banyak sekali benefit (keuntungan) yang didapat dalam pengelolaan agroforestri. Kalau pepohonan itu dikelola secara menahun bisa berkontribusi terhadap pengikatan karbon sehingga bisa berkontribusi terhadap perubahan iklim,” tandasnya.
Ia berharap dari generasi muda khususnya di wilayah sekitar kawasan hutan, untuk ikut berkontribusi dalam pengelolaan lahan, baik secara tenaga maupun pikiran. Menurutnya, dengan generasi muda ikut andil dalam kegiatan ini maka cepat atau lambat akan ada perubahan. Hal ini karena generasi muda mempunyai berbagai macam inovasi dan visioner baik kedepan untuk keberlangsungan kehidupan.
Karena kita sistem awalnya sebenarnya social. Jadi kita tidak mengharuskan masyarakat untuk menanam yang kita inginkan, yang penting hutan dijaga dengan baik. Secara tidak langsung ketika masyarakat menanam di bawah bawah tegakan, tanaman negara juga ikut terawat,” pungkasnya. (ahadun)